Selasa, 23 Desember 2014
Pelontar Pesawat Angkasa
Pelontar Pesawat Angkasa
Para
ilmuan di NASA (National Aeronautics and Space Admistration) sudah
berpikir untuk mencari alternative baru untuk tenaga yang bisa ‘melemparkan’
pesawat luar angkasa ke luar atmosfer bumi. Karena selama ini menggunakan bahan-bahan
propellant ini bisa berupa bahan
kimia yang sudah banyak digunakan, bisa juga berupa hasil reaksi fusi nuklir
yang teknologinya dikembangkan di awal abad 21 ini. Ada lagi berbagai teknologi
inovatif seperti light
propulsion dan antimatter propulsion.
Penggunaan propellant ini ternyata membatasi kecepatan dan
jarak maksimum yang dapat dicapai pesawat. Karena itulah muncul ide untuk
mengirimkan pesawat luar angkasa menggunakan teknologi yang sama sekali tidak
melibatkan propellant. Pertanyaan
selanjutna adalah, “apa yang dapat “melemparkan” pesawat yang begitu besar dan
berat ke luar angkasa tanpa menggunakan propellant?
Hanya Elektromagnetika yang bisa menjawabnya!
Elektromagnetika
merupakan penggabungan listrik dan magnet. Ketika kita mengalirkan listrik pada
sebuah kawat kita bisa menciptakan medan magnet. Listrik dan magnet benar-benar
tidak terpisahkan kecuali dalam superkonduktor tipe I yang menunjukkan Efek
Meissner (bahan
superkonduktor dapat meniadakan medan magnet sampai pada batas tertentu). Ini
bisa dibuktikan dengan cara meletakkan kompas di dekat kawat tersebut. Jarum
penunjuk pada kompas akan bergerak karena kompas mendeteksi adanya medan
magnet. Elektromagnetika sudah banyak dimanfaatkan dalam membuat mesin motor,
kaset, video, speaker (alat pengeras suara), dan sebagainya. Sekarang giliran
proyek luar angkasa yang akan mengeksploitasi kedahsyatannya!
David
Goodwin dari Office of High
Energy and Nuclear Physics di
Amerika adalah orang yang mengusulkan ide electromagnetic
propulsion ini. Saat sebuah elektromagnet didinginkan sampai suhu sangat
rendah terjadi sesuatu yang ‘tidak biasa’. Jika kita mengalirkan listrik pada
magnet yang super dingin tersebut kita bisa mengamati terjadinya getaran (vibration)
selama beberapa nanodetik (1nanodetik = 10-9 detik) sebelum magnet itu menjadi
superkonduktor. Menurut Goodwin, walaupun getaran ini terjadi hanya selama
beberapa nanodetik saja, kita tetap dapat memanfaatkan keadaan unsteady state (belum tercapainya keadaan tunak) ini.
Jika getaran-getaran yang tercipta ini dapat diarahkan ke satu arah yang sama
maka kita bisa mendapatkan kekuatan yang cukup untuk ‘melempar’ sebuah pesawat
ruang angkasa. Kekuatan ini tidak hanya cukup untuk ‘melempar’ secara
asal-asalan, tetapi justru pesawat ruang angkasa bisa mencapai jarak maksimum
yang lebih jauh dengan kecepatan yang lebih tinggi dari segala macam pesawat
yang menggunakan propellant.
Menurut
Goodwin pesawat dengan teknologi elektromagnetik ini dapat mencapai titik
heliopause yang merupakan tempat pertemuan angin yang berasal dari matahari
(solar wind) dengan angin yang berasal dari bintang di luar sistem tatasurya
kita (interstellar solar wind). Heliopause terletak pada jarak sekitar 200 AU (Astronomical
Unit) dari matahari. 1 AU merupakan jarak rata-rata bumi dari matahari
yaitu sekitar 1,5.108 km. Planet terjauh dalam sistem tatasurya kita saja hanya
berjarak 39,53 AU dari matahari. Semua pesawat luar angkasa yang menggunakan propellant tidak bisa mencapai jarak sejauh itu!
Tentu
saja pesawat yang dipersenjatai elektromagnetik yang dahsyat ini masih sangat
jauh dari sistem ideal yang kita inginkan. Karena walaupun pesawatnya bisa
mencapai kecepatan sangat tinggi, kecepatan itu masih sangat kecil dibandingkan
kecepatan cahaya (300.000 km per detik). Kecepatan maksimum yang bisa dicapai
sistem ini masih di bawah 1% kecepatan cahaya. Padahal bintang yang terdekat
dengan sistem tatasurya kita berada pada jarak lebih dari 4 tahun cahaya (1
tahun cahaya = 300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x
365 hari/tahun = 9,4608.1012 km). Perjalanan terjauh yang pernah ditempuh
manusia adalah 400.000 km (yaitu perjalanan ke bulan).
Jika
kita ingin mengirim pesawat tanpa awak pun kita masih membutuhkan ratusan tahun
sebelum pesawat tersebut bisa mencapai bintang terdekat. Itu pun karena
pesawatnya menggunakan teknologi elektromagnetik! Dengan pesawat yang
menggunakan propellant bahan kimia
kita baru bisa mencapai bintang terdekat dalam waktu puluhan ribu tahun. Jika
kita ingin mencapai bintang terdekat dalam waktu lebih cepat tentu kita
membutuhkan teknologi yang bisa melampaui kecepatan cahaya. Selama teknologi
itu masih belum bisa dikembangkan, kita bisa memanfaatkan dulu teknologi elektromagnetik yang ternyata memberikan
alternatif yang cukup menjanjikan walaupun belum bisa mewujudkan impian kita
untuk menjelajahi jagad raya.
Label:
Pelontar Pesawat Angkasa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar