Senin, 22 Desember 2014
Fisika dengan Imajinasi
Setiap
kali kita berbicara tentang fisika pasti yang terlintas kata-kata “susah,
rumit, rumus, hitungan arrhh dan sebagainya”. Bukan suatu yang aneh jika anak
sekolah menyebutnya dengan “hantu”.
Apa sih susahnya fisika? Pelajarannya? Egak kok dia hampir sama dengan
matematika. Gurunya yang serem? Egak kok,nih saya habis ini jadi guru fisika
buktinya baik kan .. hehe
Fisika bukan Cuma dirasa susah oleh kalangan pelajar tapi
mahasiswa juga. Sebagian orang menghafalkan rumus-rumus fisika layaknya buku
sejarah tanpa menyadari maknanya. Ada juga yang pasrah karena menganggap
fisika hanyalah milik orang-orang yang serius, cerdas, gila matematika, dan
pada umumnya "kurang gaul". Beberapa pelajar mengagumi fisika karena
membaca berita mengenai keberhasilan tim olimpiade fisika atau membaca buku
tentang kehidupan para ilmuwan besar. Sayang, banyak juga yang hanya sebatas
mengagumi tidak sampai menghayati atau mendalami fisika. Seringkali orang yang
menguasai fisika dianggap sebagai orang "keren" sekaligus
"aneh" karena mau belajar sesuatu yang sulit, padahal kalau jadi
pengusaha bisa kaya-raya loh. Banyak sekali pelajar atau mahasiswa yang sabar
menunggu penayangan rumus-rumus fisika di papan tulis, kemudian mengerjakan
soal-soal fisika. Dari pengalaman, soal-soal tersebut diselesaikan dengan cara
"gotong-royong" karena hanya sedikit orang yang bisa atau mau
mengerjakannya. Keberhasilan pengajaran tidak jarang didasarkan atas kemampuan
mengerjakan soal-soal ujian akhir, bukan pada penguasaan makna fisis dari rumus
tersebut.
Sebagai contoh, hampir semua orang di kelas tahu hukum
kedua Newton, F = m.a, tetapi
mungkin tak pernah terbayangkan bahwa rumus tersebut dapat menceritakan mengapa
orang-orang gendut lebih suka main tarik tambang daripada lari 100 meter.
Kemudian, siapa yang tak mengenal persamaan terkenal Einstein E = mc2 ? Sayang, sedikit sekali orang yang
mengetahui bahwa massa sebuah buku fisika dasar mengandung
energi yang dapat membawa suatu wahana antariksa ke bulan!
Salah satu penyebab persepsi negatif tentang fisika adalah
bahwa ilmu tersebut seringkali diajarkan tanpa penghayatan sehingga terasa
menyebalkan. Padahal, melalui fisika kita dapat mengetahui banyak hal. Seorang
pelajar yang mulai mempelajari ilmu ini tidak perlu jauh-jauh mengunjungi
laboratorium untuk melihat fenomena fisika. Kapanpun dan dimanapun ia dapat
berimajinasi (menghayal) tentang lingkungan sekitarnya. Keindahan warna bunga
yang tampak oleh mata, musik yang terdengar nyaman di telinga, air terjun yang
memikat, aliran angin yang sejuk, adalah sedikit contoh dari fenomena fisika
sehari-hari. Penjelasan bahwa setiap warna memiliki panjang gelombang yang
berbeda-beda dan bahwa benda-benda menyerap serta meradiasikan panjang
gelombang tertentu sehingga sampai ke mata kita, dapat dibaca dalam buku
fisika. Akan tetapi seringkali orang tidak peduli dengan penjelasan itu karena
tidak berimajinasi sehingga ia lupa akan keindahan alam dan tidak memiliki rasa
ingin tahu.
Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung seseorang
agar memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat sekitar atau
keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya imajinasi sulit
untuk berkembang. Hampir semua fisikawan terkenal adalah orang-orang yang suka
berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai pemikir "radikal"
karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali bersifat dogmatis.
Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka berimajinasi dan
mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana seandainya ia dapat bergerak dengan
kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini menghasilkan teori relativitas khusus yang
sampai kini masih digunakan. Hal yang sama dilakukan oleh Newton. Kalau saja ia tidak suka
melamun dibawah pohon apel mungkin hukum gravitasi universalnya tidak ditemukan
sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.
Melalui imajinasi, kesadaran untuk mengamati fenomena alam
dan membaca buku-buku fisika akan muncul dengan sendirinya. Sebagai contoh,
molekul air (H2O) terdiri atas dua buah atom hidrogen dan sebuah
atom oksigen. Kita tentu tidak mungkin melihat molekul air dengan mata
telanjang. Akan tetapi, kita bisa berimajinasi bahwa molekul-molekul tersebut
berukuran kecil sekali sehingga tak tampak. Oleh karenanya, jumlah molekul yang
menyusun suatu benda haruslah sangat banyak. Melalui imajinasi kita tergerak
untuk mempelajari bahwa satu mol molekul air (yang beratnya sekitar 18 gram)
mengandung sekitar 6 x 1023 molekul. Jadi, satu sendok air ternyata terdiri
atas sekitar 1022 molekul. Jumlah itu sangatlah besar. Jika seluruh penduduk indonesia diberi tugas untuk menghitung satu per
satu molekul berbeda tiap 5 detik maka itu membutuhkan waktu bermiliar-miliar
tahun!
Fisikawan tidak membuat rumus-rumus untuk dihafalkan atau
ditulis pada telapak tangan. Rumus-rumus dibuat untuk memahami
fenomena-fenomena alam dalam bentuk yang ringkas, indah, universal, dan berguna
untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut fenomena tersebut. Memang, fisika
tidak mungkin terlepas dari matematika. Tanpa definisi matematis, fisika sangat
sulit dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai teknologi. Meskipun demikian,
untuk mempelajari dasar-dasar fisika seseorang tidak perlu menjadi
"gila" matematika ataupun menjadi serius dan takut tak dapat pacar
karena "kurang gaul". Belajar fisika memang tidak mudah, tapi dengan
melepaskan diri dari pemikiran yang dogmatis dan keinginan untuk berpikir
bebas, imajinasi akan muncul dan bisa menjadi petualangan yang menyenangkan
bagi siapapun.
Sungai Gorge di Afrika Selatan menyimpan keindahan tiada tara. Banyak sekali fenomena fisika yang membuat
pemandangan diatas begitu mempesona: Hukum pemantulan dan pembiasan
menghasilkan gambaran 'gunung terbalik' yang terlihat diatas permukaan sungai.
Polarisasi cahaya matahari oleh molekul diudara memberikan pemandangan biru
yang sangat serasi dengan warna hijau dan coklat muda. Tiupan angin akibat
adanya perbedaan tekanan udara menggerakan dedaunan pohon secara terirama.
Tampak seekor hewan mengkonsumsi makanan dan minuman untuk mempertahankan
kehidupan, suatu proses mengurangi entropi (ketidakteraturan) dengan cara
menambah energi dalam hewan. Bukankah fisika itu indah? (diambil dari Microsoft
Reference Library 2003. Encarta)
Label:
fisika dengan Imajinasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar